Sudah seminggu ini ingatan-ingatanku tentangmu terus menggerogoti kesetiaanku sebagai seorang suami. Aku tak ingin mengingatmu, tak ingin juga melupakan. Meski hanya sekedar bayang-bayang masa lalu yang hampir pudar. Tapi semua masih melekat erat dalam kenangan bahkan ketika mata ini terpejam. Ada apa ini. Padahal kau bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa lagi bagiku.
Perpisahan kita dulu menyisakan ruang luka yang tak kunjung sembuh, hingga detik saat kutuliskan kisah ini.
Ana, maaf kusebutkan namamu.
Pernahkah terlintas dihatimu untuk menemuiku sekedar membujuk hati ini agar tak pernah lagi mengenang segala kisah tentang kita.
Jika kau datang dan menjumpaiku di tempat dulu kita sering bertemu, mungkin kau tak sendiri, mungkin ada seorang gadis kecil yang mengiring langkahmu, aku pasti akan bertanya: apakah dia anakku..?
Dan jika kau datang menemuiku dengan mata yang sayu kupastikan semua karena waktu yang merentangkan kita hingga terdampar di ruang yang berbeda.
Kau ingat Ana....
sebentuk istana mungil yang kau titipkan dilubuk rindu kita, kini lapuk dimakan waktu. Kita hanya bayang-bayang dari masa lalu yang sia-sia.
Tapi, Ana,...
pernah di suatu malam aku terjaga karena baru saja ku dengar bisikan lembut kau memanggilku
dan saat kusadar hari itu tepat pukul 00.05 tanggal 20 Juli, tanggal ulang tahunmu.
kau dimana.....? bisikku perih.
0 Response to "Sepenggal kisah"
Post a Comment
Terima Kasih sudah mampir