Hari terakhir di bulan Ramadhan.
Suara takbir berkumandang diseantero pelosok, sudah sejak selepas maghrib tadi. tanda kemenangan bagi umat islam yang telah melewatkan masa sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Allahu akbar....Allahu akbar...Allahu akbar,...La illaha illallohu Allahu akbar,....Allahu Akbar Walilahilham
Petasan dan kembang api ramai pula menghiasi angkasa, anak-anak ramai berlarian di sambil bercanda sesama temannya, menggunakan kopeah menuju mesjid. Tapi tidak bagi seorang bocah, sebut saja namanya Dika, bocah lima tahun itu hari itu tak mau bermain dengan teman sebayanya.
' Anto sudah di belikan baju dua stel bu, sama bapaknya, si Ari juga..' rengeknya pada sang ibu malam itu.
' iya nak, sabar, sebentar lagi bapak pulang,...' si ibu menghela nafas panjang, di belainya sang buah hati dengan bathin teriris-iris. Ia hanya mampu bilang 'sebentar lagi bapak pulang' tak mau lagi membohongi anaknya akan membelikannya baju baru untuk lebaran tahun ini. Untuk orang seperti dia jangankan membeli sepotong baju baru untuk anak, untuk makan hari itu saja cukup puas dengan singkong rebus.
' Tidurlah dulu, nanti kalau bapak pulang ibu bangunkan, ' Dika menurut, bocah kecil itu tak tahu apa-apa. dia hanya tahu setiap lebaran teman-temannya di belikan baju baru yang bagus-bagus oleh orang tuanya. Bapaknya hanyalah pengais becak yang penghasilannya tak tentu, kadang dapat , kadang tidak, hari ini bisa makan, entah besok atau lusa.
Malam terus merangkak.
Sang Ibu menatap iba pada anak tercinta, dalam hatinya ingin menangis, tapi air mata terlalu biasa untuk mengungkapkan kesedihan bathinnya.
Ia masih terjaga menunggu suaminya pulang, berharap ada keajaiban malam itu.
Sementara di sebuah tepi jalan, yang didepannya berjejer toko-toko, seorang tukang becak nampak kusam dan bimbang. Sejak tadi pagi tadi baru satu penumpang yang menumpang becaknya dengan bayaran lima rebu perak. Terbayang dibenaknya Hari itu dia harus belikan baju baru untuk anaknya, Dika. Lebaran tahun lalu dia tak mampu membelikan baju baru untuk Dika.
Lelaki itu menawarkan jasanya kepada setiap orang yang lalu lalang di tempat itu
Namun naas malam ini dia benar-benar tak dapat lagi penumpang. Sudah semakin malam di pusat perbelanjaan di depan tempat dia mangkal orang masih ramai, karena katanya ada diskon besar-besaran setiap malam takbiran. Lelaki itu semakin gusar. Suara takbir masih ramai dari pengeras suara setiap mesjid.
Menjelang pagi.
Lelaki itu mengetuk pintu rumahnya.
' bu,..lihat bapak belikan baju baru untuk anak kita. Buat ibu juga bapak belikan.
'wah bagus sekali pak,. Dika pasti senang, sudah sejak sore tadi dia nunggu bapak.' sang ibu sumringahmeneteskan air mata gembira.
' Itu bapa beli beras juga sama lauknya buat masak hari ini, jadi lebaran ini kita tak perlu makan singkong rebus dulu.'
' Alhamdulillah ya, pa. ngomong-ngomong bapak dapat penumpang banyak...? si Ibu menatap tajam pada suaminya.
Lelaki itu berpaling dari pandangan istrinya. ' Ada orang baik, bu. mungkin ini rejeki anak kita. sudahlah cepat bangunkan Dika. Tak sabar bapak ingin melihat senyumnya mengenakan baju baru lebaran ini.'
Bahagia rasanya hati lelaki itu tatkala melihat anak kesayangannya berlari-lari riang sambil memakai baju bagus. Ia tersenyum,...getir.Maafkan Bapak, nak. Bisiknya lirih dalam hati.
Sementara di sebuah gang orang-orang ramai membicarakan peristiwa perampokan berdarah yang terjadi semalam. Perampokan berujung maut. Lelaki bertopeng menjarah uang pemilik toko dan menghabisi pemiliknya.
Usai sholat iedul fitri dua orang berjaket hitam mendatangi rumah lelaki pengais becak, bapak dari seorang bocah benama Dika.
' Selamat Siang Bu, benar ini rumah pa Rozak..?'
' ya benar pa, rozak suami saya, memangnya bapak siapa dan ada perlu apa..? tanya si ibu gemetar. Sementara lelaki itu yang belakangan diketahui bernama pa Rozak, keluar dari kamar kaget ada suara gaduh di depan.
' Pa Rozak anda kami tangkap dengan tuduhan perampokan dan pembunuhan..!!!'
perempuan setengah baya itu terduduk lunglai di bale bambu butut, air matanya tak dapat ia bendung lagi. menangis histeris.
' maafkan bapak, bu. Maafkan bapak , nak. Jaga Ibumu ya...' hanya itu suara terkahir yang keluar dari mulut lelaki itu. Air mata berlinangan di kedua matanya.
' bapa di bawa kemana bu....' teriak dika histeris
Allahu akbar.....Allahu akbar,.... Allahu Akbar
( Buat orang-orang tercinta: Kedua orang tuaku; Khalif Alfaris anakku, dan Istriku;
tak mudah menjadi orang tua; tak mudah menjadi anak yang bisa berbakti pada orang tua, )
Semoga kita semua senantiasa dalam Lindungan Allah Swt
Suara takbir berkumandang diseantero pelosok, sudah sejak selepas maghrib tadi. tanda kemenangan bagi umat islam yang telah melewatkan masa sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Allahu akbar....Allahu akbar...Allahu akbar,...La illaha illallohu Allahu akbar,....Allahu Akbar Walilahilham
Petasan dan kembang api ramai pula menghiasi angkasa, anak-anak ramai berlarian di sambil bercanda sesama temannya, menggunakan kopeah menuju mesjid. Tapi tidak bagi seorang bocah, sebut saja namanya Dika, bocah lima tahun itu hari itu tak mau bermain dengan teman sebayanya.
' Anto sudah di belikan baju dua stel bu, sama bapaknya, si Ari juga..' rengeknya pada sang ibu malam itu.
' iya nak, sabar, sebentar lagi bapak pulang,...' si ibu menghela nafas panjang, di belainya sang buah hati dengan bathin teriris-iris. Ia hanya mampu bilang 'sebentar lagi bapak pulang' tak mau lagi membohongi anaknya akan membelikannya baju baru untuk lebaran tahun ini. Untuk orang seperti dia jangankan membeli sepotong baju baru untuk anak, untuk makan hari itu saja cukup puas dengan singkong rebus.
' Tidurlah dulu, nanti kalau bapak pulang ibu bangunkan, ' Dika menurut, bocah kecil itu tak tahu apa-apa. dia hanya tahu setiap lebaran teman-temannya di belikan baju baru yang bagus-bagus oleh orang tuanya. Bapaknya hanyalah pengais becak yang penghasilannya tak tentu, kadang dapat , kadang tidak, hari ini bisa makan, entah besok atau lusa.
Malam terus merangkak.
Sang Ibu menatap iba pada anak tercinta, dalam hatinya ingin menangis, tapi air mata terlalu biasa untuk mengungkapkan kesedihan bathinnya.
Ia masih terjaga menunggu suaminya pulang, berharap ada keajaiban malam itu.
Sementara di sebuah tepi jalan, yang didepannya berjejer toko-toko, seorang tukang becak nampak kusam dan bimbang. Sejak tadi pagi tadi baru satu penumpang yang menumpang becaknya dengan bayaran lima rebu perak. Terbayang dibenaknya Hari itu dia harus belikan baju baru untuk anaknya, Dika. Lebaran tahun lalu dia tak mampu membelikan baju baru untuk Dika.
Lelaki itu menawarkan jasanya kepada setiap orang yang lalu lalang di tempat itu
Namun naas malam ini dia benar-benar tak dapat lagi penumpang. Sudah semakin malam di pusat perbelanjaan di depan tempat dia mangkal orang masih ramai, karena katanya ada diskon besar-besaran setiap malam takbiran. Lelaki itu semakin gusar. Suara takbir masih ramai dari pengeras suara setiap mesjid.
Menjelang pagi.
Lelaki itu mengetuk pintu rumahnya.
' bu,..lihat bapak belikan baju baru untuk anak kita. Buat ibu juga bapak belikan.
'wah bagus sekali pak,. Dika pasti senang, sudah sejak sore tadi dia nunggu bapak.' sang ibu sumringahmeneteskan air mata gembira.
' Itu bapa beli beras juga sama lauknya buat masak hari ini, jadi lebaran ini kita tak perlu makan singkong rebus dulu.'
' Alhamdulillah ya, pa. ngomong-ngomong bapak dapat penumpang banyak...? si Ibu menatap tajam pada suaminya.
Lelaki itu berpaling dari pandangan istrinya. ' Ada orang baik, bu. mungkin ini rejeki anak kita. sudahlah cepat bangunkan Dika. Tak sabar bapak ingin melihat senyumnya mengenakan baju baru lebaran ini.'
Bahagia rasanya hati lelaki itu tatkala melihat anak kesayangannya berlari-lari riang sambil memakai baju bagus. Ia tersenyum,...getir.Maafkan Bapak, nak. Bisiknya lirih dalam hati.
Sementara di sebuah gang orang-orang ramai membicarakan peristiwa perampokan berdarah yang terjadi semalam. Perampokan berujung maut. Lelaki bertopeng menjarah uang pemilik toko dan menghabisi pemiliknya.
Usai sholat iedul fitri dua orang berjaket hitam mendatangi rumah lelaki pengais becak, bapak dari seorang bocah benama Dika.
' Selamat Siang Bu, benar ini rumah pa Rozak..?'
' ya benar pa, rozak suami saya, memangnya bapak siapa dan ada perlu apa..? tanya si ibu gemetar. Sementara lelaki itu yang belakangan diketahui bernama pa Rozak, keluar dari kamar kaget ada suara gaduh di depan.
' Pa Rozak anda kami tangkap dengan tuduhan perampokan dan pembunuhan..!!!'
perempuan setengah baya itu terduduk lunglai di bale bambu butut, air matanya tak dapat ia bendung lagi. menangis histeris.
' maafkan bapak, bu. Maafkan bapak , nak. Jaga Ibumu ya...' hanya itu suara terkahir yang keluar dari mulut lelaki itu. Air mata berlinangan di kedua matanya.
' bapa di bawa kemana bu....' teriak dika histeris
Allahu akbar.....Allahu akbar,.... Allahu Akbar
( Buat orang-orang tercinta: Kedua orang tuaku; Khalif Alfaris anakku, dan Istriku;
tak mudah menjadi orang tua; tak mudah menjadi anak yang bisa berbakti pada orang tua, )
Semoga kita semua senantiasa dalam Lindungan Allah Swt
0 Response to "Lebaran dalam prahara"
Post a Comment
Terima Kasih sudah mampir