Pertemuan Disebuah Kafe

Mari kita mulai Cerita ini berawal dari sebuah kafe. Kafe sederhana namun tidak mengurangi banyak pengunjung untuk sekedar nyeruput kopi panas dengan aroma yang menggoda. Letaknya hampir disudut kota kecil yang tak ingin saya sebutkan namanya. Tak jauh dari kafe tersebut ada sebuah pusat perbelanjaan modern yang juga tidak terlalu besar sesuailah dengan kondisi kota tersebut yang juga tidak terlalu ramai. Meski begitu diakhir pekan orang-orang dipastikan akan tumpah ke tempat tersebut untuk berbelanja atau sekedar mengantarkan anaknya bermain disalah satu tempat mainan anak.

 
Kembali ke kafe tadi namanya D'raos. interor di disain dengan nuansa klasik dan modern. cat dinding yang coklat lembut dan sentuhan penerangan yang juga begitu sejuk membuat pengunjung akan betah berlama-lama untuk menikmati sajian kopi dan makanan ringan lainnya. Disalah satu dindingnya terpampang lukisan-lukisan indah menawan, beberapa diantaranya hasil lukisan seniman lokal. Ada juga meja jati klasik penambah kesan nuansa jadul.

Seorang pria dan beberapa pengunjung duduk santai di meja-meja yang teratur rapi. Pria berkacamata itu sedang asik memeloti layar laptopnya dan jemarinya lincah bergerak menekan tombol-tombol keyboard, sesekali terdiam, pria itu memandang keluar jendela seolah olah ada yang dicarinya. Lalu kembali jari-jemarinya menari-nari di keyboard laptop miliknya. Kopi di cangkir masih separuh. Masih asik dengan benda kotak didepannya pria tersebut hampir tidak mempedulikan orang-orang yang keluar masuk kafe tersebut sejak sore tadi.Dan ia baru berhenti ketika sadar dilihatnya jam didinding sudah menunjukan pukul 21.30. Laptop masih menyala kopi sudah habis, ia memandang sekeliling ruangan. Ramai juga pikirnya. Tapi dia sejak tadi merasa sendirian disini. Dikafe yang seramai ini.

Di salah satu meja didepannya terhalang satu meja ia melihat dua orang perempuan sedang asik ngobrol. Ia melihat sekilas hanya sekilas. Tapi ia merasa mengenal salah satu dari perempuan itu. Ah mungkin aku salah pikirnya, kemudian dia memutuskan untuk memesan lagi segelas kopi hitam kesukaannya.

 " mas tambah lagi kopinya, biasa ya " dia berbicara pada pelayan yang sudah sangat dikenalnya. Dia terus memperhatikan dua sosok perempuan itu. keduanya nampak cantik dan rapi dengan setelan blouse dan hampir dapat dipastikan keduanya adalah orang kantoran. Pria tersebut terus mencuri-curi pandang, sesekali perhatiannya dialihkan pada layar laptop, tapi tak urung sikapnya yang demikian ketahuan juga oleh dua perempuan tersebut. Perempuan yang satu membisiki temannya dan memandang ke pria berkaca mata di depannya. Tentu saja pria itu malah jadi salah tingkah, ia berpura-pura mengetik atau mengetik betulan.

Dilayar monitor pria itu menulis : " Tak salah lagi perempuan itu pasti kamu. hanya saja aku tak bisa memastikannya. atau aku harus datang ke mejamu dan memperkenalkan diriku, dan berharap kamu mengingat siapa diriku. Ah tak usahlah. Biar saja aku memandangmu dari sini. Lagian itu juga belum tentu kamu. Kalau itu kamu pasti kamu akan mengenaliku,..huppssss berharap."

Tapi tiba-tiba " eh..mas ngapai dari tadi ngeliatin kita terus..??!! " walah salah satu dari perempuan itu malah datang sendiri dengan tampang tidak bersahabat. Hati pria tersebut kalang kabut apalagi justru perempuan itu yang saat itu dia pikirkan dan dia tulis di laptopnya.

" e..a .anu mba, saya pikir mba itu teman lama saya. Iya ....iya saya pikir mba itu Rina, sahabat lama saya. makanya saya pandangin mau nanya takut salah....."

" halahh....modus kamu. dasar lelaki bilang saja kalau mau kenalan." " bearti benar ya mba bukan Rina. Maaf ya. " Mana mungkin Rina, pikir pria tersebut, aku tahu namamu pasti bukan Rina. dan pria tersebut tambah yakin perempuan itu adalah.....

 " Lusi sudah ah ayo kita pulang . dah malem nih.." sahabat perempuan yang sejak tadi di meja itu menghampiri sahabatnya dan menarik tangannya. tapi bukannya pulang mereka malah melanjutkan ngopi santai di kafe itu. Tadi sempat pria itu bertanya " bener ya mba kenal saya..." " Nggak..! " 

Lima menit kemudian pria itu bergegas meninggalkan D'raos kafe. Diiringi sorot mata kedua perempuan itu. He...he kasihan. Pelayan yang sudah cukup lama mengenal pria tersebut hanya geleng-geleng kepala. Dia kemudian menghampiri kedua mahkluk perempuan tadi dan menyerahkan sesuatu.

 " Mba kopinya sudah dibayar sama mas-mas yang tadi. Terus mas-mas tadi bilang dia minta maaf, dia bilang dia tidak punya maksud apa-apa, dia bilang dia pikir mba itu sahabatnya. Terus dia ngasih ini......" pelayan tadi meyodorkan selembar kertas.

" Hah.........?????" perempuan itu terkejut bukan kepalang
  " Apa Lusi..????? " temannya bingung
 " Oh..aku ingat,...aku iingat. Benar dia sahabat lamaku. Dia kasih photo ini. Photo ini sudah lama bangat jamannya aku smp " " Lus...kamu gila ya...masa sahabat sendiri kamu lupa" sungut sahabatnya, " Udah gitu kamu pake marah-marah segala lagi....lusi,..lusi " 
 Sejurus kemudian sebutir air mata bening menetes di pipi nan merah merona. Dia membaca tulisan dibelakang photo itu 

" Vase bunga ini telah lama hancur, tapi harumnya mawar tetap abadi "

0 Response to "Pertemuan Disebuah Kafe"

Post a Comment

Terima Kasih sudah mampir